VERSLAAF
Monday 23 February 2015
FLASH
tiba2 kepikiran kalo dikasi kesempatan balik ke 10 taun apa yang bakal gue lakuin. gue bakal tetep main mig33 ketemu cowok itu dan pacaran lagi sama dia, puas puasin ketemu dia. trus yang pasti gue lakuin nggak akan biarin dia nikah sama orang lain lagi. apapun caranya!
Monday 31 March 2014
Tuhan, ini belum selesai... (II)
Hari
ini langkahku gontai menuju café dekat rumahku, dia menjual shisha dan beberapa
cake yang enak, menurutku. Tepat tiga minggu yang lalu ibu menyusul ayah di surga.
Aku sudah tak mampu menangis karna memang sudah terbiasa Tuhan memisahkan aku
dengan orang-orang tersayang, entah ada kisah bahagia apa setelah ini semua
terjadi. Banyak yang bilang hidupku terlalu keras, tapi percayalah menurutku
hidup ini sangat menarik. Ketika kita sudah mengenal diri kita sendiri, semua
akan menjadi mudah. Aku adalah anak pertama dari 5 bersaudara, adikku bernama
Nunu, Jo, Cindy dan terakhir Sandy. Kita berlima seperti teman, jauh dari kata
kakak-beradik. Berjalan bersama hidup bersama, semua adikku sudah menikah
kecuali aku, aku belum menemukan lelaki yang bisa menerima ku apa adanya. Bisa dibilang
aku cukup sukses dalam berkarir. Aku adalah owner dari pabrik furniture di
jepara. Sadaran pasar sudah bukan di Asia, melainkan Eropa. Banyak orang
mengira aku hardworker sampai-sampai lupa menikah, tentu tidak. Pribadiku sangat
malas, malas bekerja tapi aku sangat suka dengan uang. Dan aku menikmatinya.
Yap,
aku sudah sampai…
“mbak, farah mau pesen apa? WCM sama Ice Chocolate?”
Aku tertawa “iya bener” biar kujelaskan, WCM adalah rasa
shisha – watermelon cherry mint
Aku mengeluarkan
buku gambar dan beberapa alat tulis, siap membuat ide-ide desain asal, hari ini
sepi sekali. Membuang pikiran jauh, adikku Nunu sudah memiliki 2 anak, Jo pun
begitu, Cindy belum diberi anak, dan Sandy satu anak. Sesekali itu terasa
seperti beban, di usiaku yang menginjak 36 tahun mereka sudah tidak pernah
bertanya “kapan menikah?” tetapi hanya dengan tatapan yang seakan-akan ingin
berteriak “kapaaaan lo mau nikaah woooooooy????” hahaha tapi tenang, aku sudah
benar-benar berfikir kea rah sana, aku memiliki pasangan saat ini. dia tampan
menurutku, seorang arsitek, bapaknya adalah kontraktor besar di Jakarta sangat
dekat dengan pemerintah. Sebenarnya aku tidak menyukai laki-laki yang terlalu
baik, dia salahsatunya, Rayan.
Tuhan, ini belum selesai....... I
“ Hallo” suara dari sebrang. Aku masih terdiam, mengingat kembali suara itu. Meyakinkan diri bahwa suara itu adalah suara pemilik undangan yang sekarang ku pegang dan ku pandangi. “ Hallo…” ucapnya lagi memastikan ada seseorang.
“ Ha.. Haa.. Hallo.” Jawabku gugup. Sumpah kali ini otak ku tidak bisa mengatur detak jantung ini.
“ Yaa?” jawabnya.
“ Tau ini siapa?” pertanyaan terbodoh!
“ Tau, sangat tau. Sudah terima undangan yang ku kirim kan?” suara khasnya.
“ Sudah.” Jawabku singkat.
“ Kaget ya?” kurasa ini juga pertanyaan yang bodoh
“ Iya. Aku cuma mau ucapin selamat.” Balasku.
“ Cuma itu aja?”
“ Ya.”
“ Masih mencintaiku?”
“ Sangat.”
“ Lalu?”
“ Berdoa untukmu agar selalu bahagia.”
“ Tanpa mu?”
“ Iya.”
“ Oke, terimakasih”
“ Kewajibanku untuk mendoakanmu.” Ucapku tanpa bisa kutahan aitmata ini deras mengaliri kedua pipiku dan berakhir diatas undangan itu.
“ Kenapa menangis?” tanyanya.
“ Kau tau, aku sangat mencintaimu. Semua tau aku sangat mencintaimu. Calon mempelai wanitapun sangat tau kalau aku benar-benar mencintaimu!”
“ Mengapa tidak kau katakana sejak dulu? Kau pikir tidak aka nada hari ini?”
“ Aku salah. Aku minta maaf”
“ Sudah ku maafkan sejak dulu.”
“ Ha.. Haa.. Hallo.” Jawabku gugup. Sumpah kali ini otak ku tidak bisa mengatur detak jantung ini.
“ Yaa?” jawabnya.
“ Tau ini siapa?” pertanyaan terbodoh!
“ Tau, sangat tau. Sudah terima undangan yang ku kirim kan?” suara khasnya.
“ Sudah.” Jawabku singkat.
“ Kaget ya?” kurasa ini juga pertanyaan yang bodoh
“ Iya. Aku cuma mau ucapin selamat.” Balasku.
“ Cuma itu aja?”
“ Ya.”
“ Masih mencintaiku?”
“ Sangat.”
“ Lalu?”
“ Berdoa untukmu agar selalu bahagia.”
“ Tanpa mu?”
“ Iya.”
“ Oke, terimakasih”
“ Kewajibanku untuk mendoakanmu.” Ucapku tanpa bisa kutahan aitmata ini deras mengaliri kedua pipiku dan berakhir diatas undangan itu.
“ Kenapa menangis?” tanyanya.
“ Kau tau, aku sangat mencintaimu. Semua tau aku sangat mencintaimu. Calon mempelai wanitapun sangat tau kalau aku benar-benar mencintaimu!”
“ Mengapa tidak kau katakana sejak dulu? Kau pikir tidak aka nada hari ini?”
“ Aku salah. Aku minta maaf”
“ Sudah ku maafkan sejak dulu.”
Subscribe to:
Posts (Atom)